Mengenal Hewan Peliharaan Eksotis: Aturan dan Risikonya

Mengenal Hewan Peliharaan Eksotis: Aturan dan Risikonya – Di era sekarang, hewan peliharaan tidak lagi terbatas pada anjing, kucing, atau burung. Banyak orang mulai tertarik dengan hewan peliharaan eksotis, seperti reptil (ular, iguana), amfibi (katak hias), mamalia kecil (sugar glider, landak mini, ferret), hingga hewan laut (ikan pari air tawar, udang hias). Hewan-hewan ini dianggap unik, berbeda, dan mampu mencerminkan identitas pemiliknya.

Daya tarik utama memelihara hewan eksotis terletak pada keunikan bentuk, warna, serta perilaku mereka. Misalnya, ular dengan corak menawan, tarantula dengan bulu eksotis, atau burung beo yang mampu menirukan suara manusia. Tidak jarang, hewan eksotis juga dijadikan simbol status sosial karena harganya yang relatif mahal dan perawatannya yang menantang.

Namun, di balik keindahan dan keunikan tersebut, ada banyak hal yang harus dipertimbangkan. Memelihara hewan eksotis bukanlah hal sederhana. Selain membutuhkan pengetahuan khusus tentang habitat, pakan, dan perawatan kesehatan, ada pula aturan hukum yang mengikat. Salah langkah, pemilik bisa terjerat masalah hukum sekaligus menimbulkan risiko bagi keselamatan diri maupun lingkungan.

Aturan dan Risiko Memelihara Hewan Eksotis

1. Aturan Hukum yang Berlaku

Di Indonesia, tidak semua hewan boleh dipelihara secara bebas. Pemerintah melalui Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya mengatur dengan tegas perlindungan satwa. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

  • Hewan yang masuk dalam daftar satwa dilindungi tidak boleh dipelihara tanpa izin khusus dari otoritas terkait. Misalnya, burung jalak bali, orangutan, atau kura-kura tertentu.
  • Untuk memelihara hewan yang tidak dilindungi, pemilik tetap dianjurkan memastikan sumbernya legal, biasanya dari penangkaran resmi, bukan hasil perburuan liar.
  • Beberapa daerah juga memiliki peraturan lokal terkait kepemilikan hewan eksotis, khususnya yang dianggap berbahaya seperti ular berbisa, buaya, atau hewan dengan potensi menyerang manusia.

Tanpa izin yang sesuai, memelihara hewan eksotis bisa berujung pada sanksi hukum, mulai dari denda hingga hukuman penjara.

2. Risiko bagi Pemilik

Memelihara hewan eksotis memerlukan tanggung jawab besar. Ada sejumlah risiko yang harus dipahami:

  • Gigitan atau serangan fisik. Hewan seperti ular, tarantula, atau biawak bisa menyerang jika merasa terancam.
  • Penyakit zoonosis. Beberapa hewan eksotis dapat menularkan penyakit ke manusia, misalnya salmonella dari reptil atau rabies dari mamalia tertentu.
  • Perawatan rumit. Banyak hewan eksotis membutuhkan lingkungan yang menyerupai habitat aslinya, termasuk suhu, kelembapan, dan jenis makanan yang tidak biasa. Jika salah perawatan, hewan bisa stres atau mati.
  • Biaya tinggi. Dari kandang khusus, pemanas, hingga pakan impor, semua membutuhkan anggaran yang tidak sedikit.

3. Risiko bagi Lingkungan

Tidak hanya pemilik, lingkungan sekitar juga bisa terkena dampak:

  • Ancaman ekosistem. Jika dilepas atau kabur, hewan eksotis berpotensi menjadi spesies invasif yang merusak keseimbangan alam. Contoh nyata adalah kasus ular piton di Florida yang merusak populasi hewan lokal.
  • Gangguan keamanan. Hewan seperti ular besar atau monyet dapat membahayakan tetangga jika tidak dijaga dengan baik.
  • Perburuan liar meningkat. Tren memelihara hewan eksotis bisa mendorong maraknya perburuan satwa di alam liar jika tidak dikontrol.

4. Etika dan Tanggung Jawab Moral

Selain aturan hukum, ada aspek etika yang patut dipertimbangkan. Hewan eksotis seringkali lebih bahagia di habitat aslinya. Dengan memelihara mereka, pemilik harus memastikan kesejahteraan hewan tetap terjaga. Prinsip animal welfare mencakup lima kebebasan: bebas dari lapar, bebas dari rasa sakit, bebas dari ketidaknyamanan, bebas mengekspresikan perilaku alami, dan bebas dari stres.

Sayangnya, banyak kasus di mana hewan eksotis hanya dijadikan pajangan tanpa memperhatikan kesejahteraannya. Hal ini menimbulkan pertanyaan moral apakah memelihara hewan eksotis benar-benar untuk cinta pada satwa, atau sekadar demi gengsi.

Kesimpulan

Memelihara hewan peliharaan eksotis memang menawarkan keunikan dan daya tarik tersendiri. Namun, keputusan ini tidak boleh diambil secara gegabah. Ada aturan hukum yang harus ditaati, risiko kesehatan dan keselamatan yang harus dipahami, serta tanggung jawab moral untuk memastikan kesejahteraan hewan.

Bagi yang benar-benar berminat, langkah bijak adalah memilih hewan dari penangkaran legal, mempelajari kebutuhan spesifik hewan tersebut, dan memastikan mampu menyediakan perawatan yang layak. Memelihara hewan eksotis bukan hanya soal hobi, tetapi juga tentang komitmen, tanggung jawab, dan kepedulian terhadap alam.

Pada akhirnya, hewan eksotis adalah bagian dari kekayaan biodiversitas yang sebaiknya dilestarikan. Jika memang ingin memilikinya sebagai peliharaan, lakukan dengan penuh kesadaran, patuhi aturan yang berlaku, dan jangan lupa bahwa setiap makhluk hidup berhak mendapatkan kehidupan yang baik, entah di rumah kita ataupun di alam bebas.

Scroll to Top